Jumat, 20 Juli 2012

Ada apa dengan "KARMA"

Di dunia yang penuh dengan kemajuan teknologi ini apa sih yang tidak ada? Dari orang miskin, kaya, pintar, bodoh, cantik, buruk rupa, cacat, sempurna, sukses, gagal. Mungkin yang tidak ada adalah orang yang selamanya berbuat baik, atau orang yang selamanya berbuat jahat. Sebaik-baiknya orang pasti pada saat tertentu dia pernah melakukan kejahatan, dan sejahat-jahatnya orang, pasti dia pernah berbuat kebaikan di masa hidupnya

Kalau di jaman dulu ada orang yang benar-benar baik sampai mau mengorbankan dirinya untuk kepentingan orang lain, seperti yang kita tahu dari riwayat Avalokitesvara Bodhisattva, Ksitigarbha Bodhisattva, ataupun dalam cerita-cerita Jataka, maka di jaman sekarang mungkin sudah tidak ada lagi. Perbuatan mulia, melakukan kebaikan yang total itu kini telah menjadi sesuatu yang sangat langka.

Kehidupan di dunia ini penuh dengan warna-warni. Dalam hidup ini orang tidak selalu berbuat kebaikan dan kejahatan sepenuhnya. Kehidupan yang penuh warna-warni ini, kalau mau dicari jawabannya melaui rumus matematika, fisika, kalkulus, statistik, ataupun kimia mungkin tidak akan ketemu. Jawaban terdapatnya beragam kehidupan manusia ini, hanya dapat dijelaskan di dalam salah satu ajaran Hyang Buddha tentang Karma.

Perbuatan

Definisi karma adalah perbuatan. Meliputi semua jenis kehendak dan maksud yang baik maupun yang buruk, lahir atau batin. Baik itu pikiran, ucapan, atau kata-kata, dan tindakan. Belajar dari Karma tidak akan menjadikan orang cepat berputus asa, karena karma bukanlah suatu ajaran tentang adanya satu nasib yang sudah ditakdirkan, melainkan mengenai sebab-akibat perbuatan baik (kusala) atau perbuatan buruk (akusala) berdasarkan kebebasan dan tanggung jawab manusia itu sendiri.

Tidak ada seorang pun yang menentukan penghargaan maupun hukuman untuk apa yang kita lakukan. Kita menciptakan sebab-sebab dari tindakan kita, dan kita akan mengalami akibatnya. Kitalah yang bertanggung jawab atas pengalaman kita sendiri. Hyang Buddha menemukan hukum karma bukan menciptakan. Dengan mengajarkan hukum karma, Hyang Buddha menunjukan kepada kita bagaimana seharusnya bertindak di dalam pengaruh hukum sebab dan akibat, agar kita mendapatkan kebahagiaan dan terhindar dari penderitaan.

“Tidak di langit, tidak pula di tengah-tengah lautan ataupun dengan memasuki gua-gua di gunung-gunung tidak terdapat suatu tempat untuk menyembunyikan diri; orang tidak dapat menghindari diri dari akibat perbuatan jahatnya sendiri” (Dharmapada, 127)

Semua tindakan meninggalkan jejak-jejak di dalam kesadaran kita, yang akan masak menjadi pengalaman-pengalaman kita ketika kondisi yang sesuai muncul. Jika di kehidupan dulu kita gemar beramal dan murah hati, maka akibatnya akan memperoleh kekayaan dalam kehidupan ini. Apabila di kehidupan dulu, kita sering mendengarkan Dharma, maka akibatnya akan bertambah kebahagiaan. Apabila di kehidupan dulu kita bersimpati terhadap kebahagiaan orang lain, maka di kehidupan ini terlahir di dalam lingkungan yang menggembirakan. Apabila di kehidupan dulu kita sering omong kosong, maka kehidupan yang sekarang ini akan mengakibatkan bertubuh cacat, berbicara tidak tegas. Apabila di kehidupan dulu kita sering melakukan pembunuhan maka di kehidupan yang sekarang kita akan pendek umur, berpenyakitan, senantiasa dalam kesedihan karena terpisah dari orang yang dicintai, atau senantiasa berada dalam ketakutan. Apabila di kehidupan dulu kita sering bergunjing, maka di kehidupan masa kini akan kehilangan teman-teman tanpa sebab yang berarti.

Jejak-jejak karma mengikuti kita terus menerus dari satu tempat ke tempat lain, dari satu negara ke negara lain, dari satu kehidupan ke kehidupan lain. Bagaimanapun, kita tidak dapat melarikan diri dari apa yang telah kita perbuat.

Baik - Buruk

Bila kita melihat orang yang cantik, bijaksana, cerdas, ataupun kaya tidaklah usah iri ataupun cemburu. Begitu pula kalau lihat orang yang buruk rupa, pandir, miskin, ataupun cacat mental, janganlah memandang rendah. Hadapilah secara wajar dengan penuh upekkha serta simpati dan karuna. Karena kita tahu, semua itu tidak lepas dari karma mereka sendiri. Kita yang sekarang ini sesuai dengan apa yang telah kita lakukan. Kita yang akan datang bergantung pada apa yang kita lakukan sekarang.

Hidup ini sebaiknya penuh dengan variasi, bagaikan malam bertabur bintang. Kehidupan ini juga akan menjadi semu jika kehidupan ini hanya satu ragam. Kehidupan ini secara otomatis akan terisi dengan yang baik dan hal yang buruk. Tidak ada manusia yang sempurna. Untuk memajukan diri, manusia dapat memperolehnya dari perbuatan baik dan belajar dari kesalahan.

Manusia pada masa hidupnya pasti pernah berbuat kesalahan, baik dalam skala yang kecil maupun besar. Tetapi apakah dengan kesalahan yang pernah kita perbuat dalam masa hidup ini kita jadinya harus berhenti melanjutkan kehidupan? Apakah kehidupan akan secara otomatis tidak ada kelanjutannya lagi, bila kita sendiri yang menghentikannya? Apapun yang pernah kita lakukan baik itu kesalahan maupun kebaikan, kehidupan akan terus berjalan dan berlanjut di alam-alam kehidupan berikutnya. Untuk itu tidakkah lebih baik menjadikan kesalahan itu sebagai motivasi untuk terus memperbaiki diri dan mengembangkan diri, misalnya dengan banyak berbuat kebaikan.

Terus Mengembangkan Diri

Jika saat ini kita memiliki karma yang bagus, kita patut bersyukur dan teruslah berbuat kebaikan dengan dasar hati yang murni dan tulus. Tapi apabila kita memiliki karma yang kurang bagus, janganlah berputus asa dan patah semangat. Teruslah menambah kebajikan untuk memperbaiki kehidupan. Hanya perbuatan baiklah yang akan merubah dan memperbaiki kehidupan kita.

Karma yang telah berbuah di kehidupan ini tidak dapat dihapuskan, misalnya dengan cara berdana, sembahyang 10x sehari, ataupun bernamaskara 100x sehari di depan patung Hyang Buddha atau para Bodhisattva, apalagi kalau semua perbuatan ini dilakukan hanya karena berdasarkan keinginan untuk menghapuskan karma buruk, dan tidak dilakukan dengan tulus hati. Lagi pula perbuatan-perbuatan itu belum tentu berbuah dalam kehidupan ini.

Sekalipun akibat dari karma buruk tidak dapat diubah, namun bukan berarti bahwa seseorang tidak berdaya sama sekali iuntuk memperbaikinya. Oleh karena itu, menurut Buddhadharma, tidaklah pernah terlambat untuk segera melakukan kebaikan. Dan siapapun juga yang telah menyadari kesalahannya dan ingin berbalik berbuat kebaikan, hendaknya harus selalu disambut dan diberi kesempatan.

Di bawah ini adalah contoh cerita nyata tentang cepatnya karma itu berbuah :

Dalam perjalanannya di tengah malam, Karma hampir saja tidak melihat wanita tua yang berdiri di pinggir jalan itu, tetapi dalam cahaya berkabut ia dapat melihat bahwa wanita tua itu membutuhkan pertolongan. Lalu ia menghentikan mobil Pontiacnya di depan mobil Mercedes wanita tua itu, lalu ia keluar dan menghampirinya.

Walaupun Karma menghampiri dengan wajah tersenyum wanita itu tetap merasa khawatir, karena setelah menunggu beberapa jam tidak ada seorangpun yang menolongnya. Apakah lelaki itu bermaksud menyakitinya?

Lelaki tersebut penampilannya tidak terlalu baik, ia kelihatannya begitu memprihatinkan. Wanita itu dapat merasakan kalau dirinya begitu ketakutan, berdiri sendirian dalam cuaca yang begitu dingin, sepertinya lelaki tersebut tahu apa yang ia pikirkan. Lelaki itu berkata “Saya kemari untuk membantu anda bu, kenapa anda tidak menunggu didalam mobil bukankah disana lebih hangat? Oh ya namanya saya Karma.”

Yach memang dia sudah terlalu lelah apalagi untuk wanita setua dirinya hal ini benar-benar terasa berat. Karma masuk kedalam kolong mobil wanita itu untuk memperbaiki yang rusak.

Akhirnya ia selesai, tetapi dia kelihatan begitu kotor dan lelah, wanita itu membuka kaca jendela mobilnya dan berbicara kepadanya, ia berkata bahwa ia dari St Louis dan kebetulan lewat jalan ini. Dia merasa tidak cukup kalau hanya mengucapkan terima kasih atas bantuan yang telah diberikan. Wanita itu berkata berapa yang harus ia bayar, berapapun jumlahnya yang ia minta tidak menjadi masalah, karena ia membayangkan apa yang akan terjadi jika lelaki tersebut tidak menolongnya. Karma hanya tersenyum.

Karma tidak mengatakan berapa jumlah yang harus dibayar, karena baginya menolong orang bukanlah suatu pekerjaan. Ia yakin apabila menolong seseorang yang membutuhkan pertolongan tanpa suatu imbalan suatu hari nanti Tuhan pasti akan membalas amal perbuatannya.

Ia berkata kepada wanita itu ”Bila benar-benar ingin membalas jasanya, maka apabila suatu saat nanti apabila ia melihat seseorang yang membutuhkan pertolongan maka tolonglah orang tersebut dan ingatlah pada saya.” Karma menunggu sampai wanita itu menstater dan menghilang dari pandangan.

Setelah berjalan beberapa mil wanita itu melihat kafe kecil, lalu ia mampir kesana untuk makan dan beristirahat sebentar.

Pelayan datang dan memberikan handuk bersih untuk mengeringkan rambutnnya yang basah. Wanita itu memperhatikan sang pelayan yang sedang hamil, dan masih begitu muda. Lalu ia teringat kepada Karma.

Setelah wanita itu selesai makan dan sang pelayan sedang mengambil kembalian untuknya, wanita itu keluar secara diam-diam.

Setelah kepergiannya sang pelayan kembali, pelayan itu bingung kemana wanita itu pergi, lalu ia menemukan secarik kertas diatas meja dan uang $100.

Ia begitu terharu setelah membaca apa yang ditulis oleh wanita itu: ”Kamu tidak berhutang apapun pada saya karena seseorang telah menolong saya, oleh karena itulah saya menolong kamu, maka inilah yang harus kamu lakukan:”Jangan pernah berhenti untuk memberikan cinta dan kasih sayang.”

Malam ketika ia pulang dan pergi tidur, pelayan itu berpikir mengenai uang dan apa yang ditulis oleh wanita itu. Bagaimana wanita itu bisa tahu kalau ia dan suaminya sangat membutuhkan uang untuk menanti kelahiran bayinya?


Ia tahu bagaimana suaminya sangat risau mengenai hal ini, lalu ia memeluk suaminya yang terbaring disebelahnya dan memberikan ciuman yang lembut sambil berbisik “Semuanya akan baik-baik saja, I Love You Karma” (Segala sesuatu yang berputar akan selalu berputar). (sb.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar